Agnostik adalah paham tentang bahwa di dunia ini memang benar ada suatu kekuatan besar lainnya selain kekuatan manusia. Kekuatan yang transparan, tidak tampak secara fisik, mengatur jalannya alam semesta ini dan tidak dapat dijelaskan dengan akal budi atau logika.
Banyak paham lain tentang agnostik, ada yang berkata bahwa agnostik adalah paham yang mempercayai adanya Kekuatan besar dan Kekuatan itu adalah seperti ahli pembuat jam yang telah membuat jam begitu sempurna dan presisi serta tidak dapat rusak sehingga Ia berhenti berkreasi saat jam itu selesai dibuat dan mulai bergerak. Paham lain berkata bahwa agnostik adalah paham yang mencari, walau ia percaya akan kekuatan besar itu tetapi ia masih mencari apa wujud kekuatan besar itu.
Mungkin masih banyak paham-paham lainnya dan sejujurnya mana yang paling benar saya tidak tahu. Kenapa tidak tahu? Karena bahasa bersifat dinamis dan orang juga bersifat dinamis sehingga sangat mungkin bahwa pengertian paham ini sudah melenceng, berkembang, bercabang sehingga tidak sama lagi dengan paham aslinya ketika paham ini pertama kali dicetuskan. Itupun jika kita menganggap yang awallah yang paling benar.
Jadi sekali lagi untuk yang paling benar saya tidak tahu, tetapi untuk yang saya percaya saya tahu yang mana. Buat saya adalah yang pertama saya sebutkan dalam artikel ini.
Kenapa saya memilih yang pertama? Karena yang pertama membuka ruang bagi saya, ruang untuk percaya kepada Tuhan atau Sesuatu apapun itu. Dari ruang itu maka agnostik dapat berpecah menjadi dua, agnostic theisme dan atheisme. Theisme dan Atheisme hanyalah persoalan tentang apakah Kekuatan Besar itu Tuhan atau Sesuatu lain seperti ahli pembuat jam diatas. Buat saya, di ruang itu saya memilih bahwa sesuatu itu adalah Tuhan, dan dgn memilih yang pertama saya dapat dengan rendah hati menekan ego serta akal budi saya dan yakin bahwa saya tidak dapat mengerti Tuhan 100% dengan akal sehat.
Mungkin akan ada orang lain berkata ini hanya pelarian saya dari keharusan untuk menjelaskan Tuhan secara akal budi, saya tidak lari dari situ saya berusaha mengerti Tuhan dengan akal budi saya, tetapi yang membuat saya berbeda dengan orang lain adalah ketika saya menemukan suatu bagian dari Tuhan yang tidak dapat dijelaskan dengan akal budi saya tidak menjadi kecewa dan berhenti mempercayai Tuhan, melainkan menerimanya dengan rendah hati bahwa memang saya tidaklah cukup besar untuk mengerti atau menampung tentang Kebesaran itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar